Rabu, 24 Agustus 2011

JACQUES LACAN

Jacques lacan adalah tokoh yang sangat berpengaruh didalam psikoanalisa dengan teorinya yang menafsirkan ulang karya-karya freud, selain dianggap memberikan terobosan di dalam psikoanalisa lacan juga dianggap mengacaukan teori psikoanalisa konvensional. Jacques lacan adalah seorang terapis perancis yang memiliki latar belakang filsafat dan surealisme. Lacan menganggap psikoanalisa khususnya amerika sudah bergeser dari konsep awal yang dicetuskan freud karena lacan menganggap para terapis telah menjadikan pasien-pasiennya sebagai obyek penelitian dan para terapis telah melakukan interupsi dalam porsi besar-besaran terhadap perkembangan pasiennya karena lacan beranggapan bahwa psikoanalisa adalah ilmu pengobatan yang didalam prakteknya seorang terapis tidak boleh ikut campur dalam perkembangan pasiennya dan hanya membuka jalan kepada wilayah tidak sadar pasiennya dan membiarkan pasiennya yang menemukan jalan keluar permasalahannya sendiri.
Lacan juga menyadari  bahwasanya pemikiran freud yang dipelajarinya selama ini adalah pemikiran yang keliru karena freud yang dipelajariya adalah freud berdasarkan pemahaman Freudian perancis dan freud yang mendominasi amerika. kemudian ia memutuskan untuk membaca ulang karya freud dan berusaha untuk memahami pemikiran freud yang sesungguhnya. Secara garis besar pengaruh yang dominan dalam teori lacan adalah pemikiran freud, filsafat hegel dan filsafat strukturalis dan post strukturalis.
Jacques lacan dengan mengacu pada freud melakukan beberapa terobosan dalam pandangannya mengenai wilayah tak sadar bukanlah sebagai penyebab, melalui teorinya ini lacan menegaskan bahwa wilayah tak sadar bukanlah yang menentukan neurosis. Penjelasannya ini sekaligus meluruskan kesalahpahaman terhadap teori freud yang selama ini dipahami sebagai menyatakan bahwa wilayah tidak sadar adalah penyebab neurosis. Lacan menyatakan “wilayah tak sadar merupaka diskursus dari yang lain” wilayah tidak-sadar adalah yang lain itu sendiri, asing dan tak terpahami, kemudian peranan terapis disini adalah sebagai sarana bagi wilayah tak sadar ini untuk menampilkan dirinya. Didalam wilayah tidak sadar sendiri terdapat hasrat yang menurut freud hasrat merupakan harapan atau keinginan yang bersifat tidak disadari dan menjadi pendorong bagi tindakan seseorang yaitu mencari pemenuhan akan hasratnya. Sedangkan lacan memandang hasrat dengan tambahan pengaruh filsafat hegel yang memahami hasrat sebagai hasrat akan pengakuan atau seseorang yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari sesamanya karena dengan demikianlah dia mendapatkan kepastian akan dirinya. Lacan juga menyebutkan bahwa subyek terletak dalam wilayah tak sadar bahwa hasrat adalah kebenaran sang subyek dan subyek merealisasikan dirinya lewat bahasa.

Sekilas Konsep pemikiran lacan
Dalam pemikiran lacan dengan mengacu pada pemikiran freud tentang fase perkembangan manusia lacan menjabarkan bahwasanya ada tiga fase didalam diri manusia yaitu the real, imajiner, dan simbolik. Didalam fase the real adalah masa seorang subyek berada didalam suatu keadaan yang serba berkecukupan dalam artian segala sesuatu yang ia butuhkan sudah terpenuhi dengan sendirinya, contohnya adalah bayi yang berada didalam rahim sang ibu dimana sang bayi berada dalam kenyamanan dan serba berkepenuhan yang disuplai oleh tubuh ibunya serta keduanya menyatu didalam satu tubuh. Kemudian dilanjutkan kedalam the imajiner atau fase cermin. Yaitu satu kondisi dimana subyek telah menyadari bahwa ia terpisah dari tubuh ibunya dan memiliki satu keutuhan yang berbeda dari ibunya yang digambarkan dengan seorang anak dihadapkan didepan cermin yang kemudian sang anak mengidentifikasi bahwa citra cermin yang dihadapannya adalah “dia” padahal disisi lain citra yang dipantulkan hanyalah sekedar pantulan cermin yang kemudian terjadilah keterplesetan dalam proses pengidentifikasian diri oleh subyek. Selain itu dalam pemikiran lacan dalam fase cermin telah terjadi alienasi didalam diri subyek yaitu  citra yang dipantulkan dan diidentifikasikan oleh subyek tidak lain adalah sebuah pengharapan “the other” terhadap diri subyek itu sendiri. Jadi alienasi didalam pemikiran lacan adalah masuknya pengharapan “the other” kedalam diri seorang anak. Contohnya seorang anak yang bersekolah, apakah mengikuti pendidikan formal merupakan keinginan murni dari anak tersebut? Apakah tidak ada kontribusi keinginan “the other” terhadap si anak yang kemudian ia memutuskan untuk masuk sekolah? The other dalam lacan adalah orang lain yang ada disekeliling subyek. Yaitu keluarga, saudara, tetangga DLL.
Setelah fase imajiner kemudian subyek masuk ke ranah the simbolik, yaitu fase dimana keberadaan subyek telah diakui oleh struktur bahasa dan masuknya struktur bahasa kedalam diri subyek melalui penamaan dan pernyataan. Namun antara fase imajiner dan simbolik keberadaannya saling bertubrukan dan tidak jelas batasan antara keduanya. pada fase simbolik bayi berkeinginan untuk memiliki identitas lengkap yang disebut “aku”. Ketika tercebur ke dalam dunia bahasa, bayi, mau tidak mau harus tunduk pada aturan sistem penandaan di ruang bahasa. Penanda, intinya beroperasi secara negatif. Sebuah penanda tidak serta merta menunjuk petanda tertentu, melainkan penanda yang lain. Artinya, penanda beroperasi dengan hukum perbedaan. Penanda “ibu” tidak semata menunjukkan adanya “ibu” sebagai petanda melainkan secara berbeda menunjuk adanya ayah. Karena ketundukan pada rotasi dan permainan penandaan inilah, mencapai identitas akan kembali menjadi mustahil. Identitas hanyalah kesemuan yang disebabkan adanya efek penandaan; identitas adalah karya penandan. Keterjebakan dalam bahasa membuat manusia secara tidak sadar masuk dalam lingkaran penanda (circle of signifiers) ini. Konsekuensi logisnya, hasrat tidak dapat menunggangi bahasa, dan bahasalah yang memanipulasi hasrat.
Bentuk lain dari hasrat adalah “keinginan untuk menjadi” sebuah subyek yang utuh, tidak terbelah dan tanpa kekurangan dan penuh dengan pemenuhan. Hasrat ini berarti hasrat kembali pada Yang Real, yang telah menghilang saat dikenakan bahasa. Hasrat untuk kembali pada sesuatu yang tidak mungkin lagi dijelajahi oleh bahasa dan simbol.
Kekurangan (lack) adalah ibu kandung dari hasrat. Secara eksistensial manusia dikendalikan oleh berbagai rasa kehilangan dan kekurangan. Kehidupan manusia seperti merupakan ajang pencarian pemenuhan akan sesuatu yang kurang. Kekurangan yang dimiliki subyek ini tentu tidak akan pernah menjadi penuh atau dapat terpenuhi dan diibaratkan seperti sumur yang apabila diisi tidak akan pernah penuh. Dalam bahasa Lacan, tidak mungkin kembali pada yang Real. Hal ini sangatlah wajar dengan mengingat sumber rasa kekurangan pada manusia. Sumber kekurangan adalah kehilangan “kepenuhan” dalam fase the real, sementara didalamnya tidak berdiam bahasa yang mungkin digunakan untuk mengenali kepenuhan tersebut. Bahasa yang muncul setelahnya, tidak dapat menjangkau ruang the Real, sehingga manusia dengan bahasa seperti mengejar “kepenuhan” yang tidak dikenali sama sekali.

Creative By :
Fachrie Abdillah Nuban (Sosiologi Pembanggunan FIS dan Waketu Dep.INFOKOM)

1 komentar:

  1. untuk memahami lacan perlu merefleksikan diri dengan sungguh2.. sebenernya yang dia ajarin tuh uddah di ajarin oleh Al-Quran. cuma karena konteksnya ilmu pengetahuan dia berusaha melepas semua kepentingan yang ada.. intinya di dalam tubuh manusia itu terdapat 3 hal, yaitu nafsu, nurani dan akal pikiran. sesuatu yang lain yang dibilang 'other' itu hasil dari pembentukan kepribadian yang diciptakan orang yang disekitar kita yang kemudian membuat kita sedikit asing dan mungkin sangat asing jika kita tidak menyadari sepenuhnya siapa diri kita.. jiwa kita itu sangat bebas, namun terkunci di dalam tubuh dan terikat dalam aturan yang telah kita terima sejak kita hadir di dunia.. nice to share gan..

    BalasHapus